Adaptasi Zooplankton Di Perairan
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri (Aris, 2012).
Zooplankton disebut juga plankton hewan yang hidupnya mengapung atau melayang di kolom air. Kemampuan renangnya sangat terbatas sehingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yaitu tidak dapat memproduksi bahan makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagi konsumen bahan organik Zooplankton atau plankton fauna merupakan biota laut dan samudera yang dikenal sebagai produser sekunder maupun konsumer primer. Hal ini dikarenakan zooplankton merupakan pemangsa pertama terhadap phytoplankton dalam sistem jaring – jaring makanan. Selanjutnya zooplankton merupakan mangsa bagi biota – biota laut lain di tropik level diatasnya.
Berdasarkan daur hidupnya zooplankton dibagi menjadi 3 kelompok menurut (Nontji, 2008) yaitu:
1) Holoplankton
Plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Contohnya Kopepoda, Amfipoda, dll.
2) Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjalani kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja, beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton. Contohnya kerang dan karang.
3) Tikoplankton
Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos. Namun karena gerakan air ia bisa terangkat lepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton. Contohnya Kumasea.
Menurut Arinardi etal., (1997) beberapa filum hewan terwakili di dalam kelompok zooplankton. Zooplankton terdiri dari beberapa filum hewan antara lain :
1) Protozoa
Kingdom Protista terdiri dari protozoa, berukuran kecil, dari fauna bersel tunggal sampai dengan beberapa filum, beberapa jenis terkenal sebagai bentuk yang dijumpai di lautan adalah foraminifera, radiolaria, zooflagellata dan ciliata. Protozoa dibagi dalam empat kelas yaitu: rhizopoda, ciliata, flagelata, dan sporozoa.
2) Cnidaria
Cnidaria terdiri dari klas Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari spesies-spesies berupa ubur-ubur kecil yang hidup sebagai plankton. Filum Cnidaria termasuk dalam holoplanktonik ialah ubur-ubur dari kelas Hydrozoa dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang kompleks dan aneh dikenal dengan nama sifonofora. Ubur-ubur dari kelas Scypozoa merupakan organisme plankton terbesar dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah besar.
3) Ctenophora
Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan Cnidaria sebagian besar bersifat planktonik. Semua Ctenophora adalah karnivora rakus, yang menangkap mangsanya dengan tentakel- tentakel yang lengket atau dengan mulutnya yang sangat lebar. Untuk bergerak dalam air menggunakan deretan- deretan silia yang besar yang disebut stenes. Perbedaan Ctenophora dengan Cnidaria adalah tidak adanya sel penyengat (nematocysts) pada Ctebophora tetapi memiliki sel pelengket yang disebut coloblast dimana sel ini dapat melekatkan mangsanya.
4) Annelida
Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut. Di perairan air tawar jenis Annelida ini hanya terdapat lintah (ordo Hirudinae) dan dapat menjadi parasit pada ikan-ikan yang dipelihara di kolam. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantai-pantai yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. Larva- larva Annelida bernama trochophore larva, jika baru keluar dari telur, berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai tractus digesvitus agar di lautan bebas dapat memakan nanoplankton dan detritus yang halus.
5) Artrophoda
Filum arthropoda adalah bagian terbesar zooplankton dan hampir semuanya termasuk kelas Crustacea. Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai shell terdiri dari chitine atau kapur, yang sukar dicernakan. Salah satu subklasnya yang penting bagi perairan adalah Copepoda yang merupakan Crustacea holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera
6) Molusca
Filum Moluska biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang lambat. Namun, terdapat pula bermacam moluscka yang telah mengalami adaptasi khusus agar dapat hidup sebagai holoplankton. Moluska planktonik yang telah mengalami modifikasi tertinggi ialah ptepropoda dan heteropoda. Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat dengan siput dan termasuk kelas Gastropoda.
7) Echinodermata
Phylum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo yang termasuk meroplankton. Ada larva yang bentuknya seperti larva Chordata, sehingga ada anggapan bahwa Chordata adalah keturunan Echinodermata. Genus-genus Echinodermata yang larva-larvanya merupakan meroplankton ialah Bipinaria, Brachiolarva dan Auricularia, yang ada pada waktunya akan mengendap semua pada dasar laut sebagai benthal-fauna. Semua Echinodermata melalui fase larva pelagik dalam perkembangannya. Sama seperi hewan lainnya lamanya menjadi larva pelagik tergantung pada telurnya, kurang baik atau sudah bagus. Contoh genus dari filum Echinodermata antara lain : Echinopluteus, Ophiopluteus, dan Auricularia.
8) Chordata
Chordata termasuk dalam ordo Mamalia,menurut evolusi merupakan keturunan dari spesies-spesies yang hidup sebagai zooplankton dan bentuknya mirip dengan larva-larva Echinodermata. Dari 4 subfilum dari Chordata hanya ada 2 yang hidup sebagai zooplankton yaitu Enteropneusta dan Urochordata. Larva-larva dari Enteropneusta inilah yang bentuknya seperti larva Echinodermata, seperti Tornaria-larva. Contoh genus dari filum Chordata antara lain : Thalia, Oikopleura, dan Fritillaria
Zooplankton merupakan biota yang sangat penting peranannya dalam rantai makanan dilautan. Mereka menjadi kunci utama dalam transfer energi dari produsen utama ke konsumen pada tingkatan pertama dalam tropik ecologi, seperti ikan laut, mamalia laut, penyu dan hewan terbesar dilaut seperti halnya paus pemakan zooplankton (Anonim, 2009).
Selain itu zooplankton juga berguna dalam regenerasi nitrogen dilautan dengan proses penguraiannya sehingga berguna bagi bakteri dan produktivitas phytoplankton dilaut. Peranan lainnya yang tidak kalah penting adalah memfasilitasi penyerapan Karbondioksida (CO2) dilaut.
Zooplankton memakan phytoplankton yang menyerap CO2 dan kemudian setiap harinya turun ke bagian dasar laut untuk menghindari pemangsa di permukaan seperti ikan predator, sehingga carbon yang berada di dalam zooplankton tersebut dapat terendapkan di sedimen yang kemudian terendapkan dan terdegradasi. Oleh karena itu zooplankton memegang peranan dalam pendistribusian CO2 dari permukaan ke dalam sedimen didasar laut (Anonim, 2009).
Diperairan Adaptasi merupakan cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Zooplankton melakukan adaptasi berupa migrasi vertikal, migrasi vertikal merupakan migrasi harian yang dilakukan oleh organisme tertentu ke arah dasar laut pada siang hari dan ke arah permukaan laut pada malam hari. Zooplankton melakukan migrasi vertikal bertujuan untuk menghindari pemangsaan oleh para predator yang mndeteksi mengsa secara verikal dan menyesuaikan dengan lingkungan akibat perubahan suhu yang beruba-ruba (Assoniwora, 2009).
Jarak yang ditempuh zooplankton pada migrasi ini berkisar antara 100 - 400 m. Rangsangan utama yang mengakibatkan terjadinya migrasi vertikal harian pada zooplankton adalah cahaya. Cahaya mengakibatkan respon negatif bagi para migran, mereka bergerak menjauhi permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan meningkat. Sebaliknya mereka akan bergerak ke arah permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan menurun.
Pola yang umum tampak adalah bahwa zooplankton terdapat di dekat permukaan laut pada malam hari, sedangkan menjelang dini hari dan datangnya cahaya mereka bergerak lebih ke dalam. Dengan meningkatnya intensitas cahaya sepanjang pagi hari, zooplankton bergerak lebih ke dalam menjauhi permukaan laut dan biasanya mempertahankan posisinya pada kedalaman dengan intensitas cahaya tertentu.
Di tengah hari atau ketika intensitas cahaya matahari maksimal, zooplankton berada pada kedalaman paling jauh. Kemudian tatkala intensitas cahaya matahari sepanjang sore hari menurun, zooplankton mulai bergerak kearah permukaan laut dan sampai di permukaan sesudah matahari terbenam dan masih tinggal di permukaan selama fajar belum tiba.
Pola migrasi vertical zooplankton dibagi menjadi 3 pola berdasarkan factor lingkungan seperti kesedian makanan, kedalaman perairan, penetrasi cahaya, dan topografi dasar perairan menyebabkan perbedaan tingkah laku migrasi sebagai berikut (Fendi, 2008) :
1) Migrasi Nokturnal
Migrasi ini paling umum terjadi, dimana pola migrasi ke arah permukaan pada waktu petang dan sebelum fajar bermigrasi ke lapisan yang lebih dalam. Organisme yang memiliki pola migrasi nokturnal maupun twilight berlindung di perairan yang lebih dalam dari predator karena pengaruh cahaya matahari, aktif pada malam hari di daerah permukaan yang kaya akan makanan.
2) Migrasi Twilight
Adalah pola migrasi ke arah permukaan menjelang petang dan bermigrasi ke perairan yang lebih dalam saat tengah malam, diikuti migrasi kembali ke arah permukaan kemudian kembali bermigrasi perairan yang lebih dalam pada saat fajar. Saat tengah malam sebagian dari hewan tersebut bergerak ke arah yang lebih dalam, disebabkan oleh komposisi zooplankton lebih padat dari pada air maka ketika aktivitas berkurang, menyebabkan cenderung tenggelam.
3) Migrasi Reverse
Migrasi ini merupakan kebalikan dari migrasi nokturnal, yaitu bermigrasi ke arah permukaan pada siang hari dan ke arah yang lebih dalam pada malam hari. Migrasi ini dapat dicirikan oleh spesies kopepoda dengan ukuran yang besar.
0 komentar on Adaptasi Zooplankton di Perairan (Migrasi Vertikal) :
Posting Komentar